HOME | ABOUT ME | DAFTAR ISI | welcome to happydesug.blogspot.com

Jumat, 30 Juli 2010

Apakah Umur 20 tahun Lebih Masih Bisa Bertambah Tinggi Badan?

Tinggi badan bisa menjadi masalah serius dan sensitif, terutama bagi pria. Itu karena "tuntutan" masyarakat mengenai sosok pria ideal adalah tinggi tegap. Untuk mendapat tinggi badan ideal itu, ada beberapa faktor yang saling terkait dan menunjang pertumbuhan tinggi badan, yakni faktor genetik, nutrisi, dan aktivitas fisik (olahraga).

Dipengaruhi gen
Dijelaskan oleh Dr Andito Wibisono SpOt, ahli bedah tulang dari RS Bintaro, tinggi badan dipengaruhi gen. "Kalau orang memiliki gen tinggi yang bagus, pasti akan tinggi. Gen ini didapat dari keturunan. Contohnya, orang Afrika umumnya kurus tinggi karena bangsa mereka memiliki gen tinggi yang bagus," paparnya,

Hasil penelitian terkini menemukan sebuah gen yang menentukan tinggi pendeknya seseorang, namanya HMGA2. Perubahan sebuah "huruf" dasar di kode genetik HMGA2, yakni C (Cytosine) akan berpengaruh.

Seseorang yang hanya mendapatkan C dari salah satu orangtua, lebih tinggi 0,5 cm dari yang hanya memiliki T (Thymin). Bila memiliki C ganda, akan lebih tinggi 1 cm dari yang memiliki T ganda. Tentu masih ada gen lain yang berkaitan dengan tinggi badan. HMGA2 hanya menjelaskan 0,3 persen dari keberagaman tinggi manusia.

Beberapa ahli menyatakan, semua orang masih berpeluang lebih tinggi jika memiliki kakek buyut dengan postur tinggi. Ini menjelaskan mengapa ada anak yang lebih tinggi ketimbang orangtuanya. Dalam kondisi ini ada semacam faktor keberuntungan. Jadi gen tinggi itu hanya "melangkahi" orangtua si anak, sedangkan si cucu mendapat warisan gen tinggi dari kakeknya.

Nutrisi
Pusat pertumbuhan tinggi manusia, lanjut Dr Andito, berada pada lempeng epiphyseal plate yang terletak di ujung tiap tulang panjang. Epiphyseal plate ini ada sejak manusia lahir dan menutup alias berhenti bekerja saat usia 16 tahun (wanita) dan 18 (pria). "Maksimal usia 20-21 tahun. Jika lempeng ini sudah menutup, pertumbuhan tinggi turut berhenti," ujarnya.

Pertumbuhan tinggi seseorang bisa terganggu jika terjadi sesuatu pada lempeng epiphyseal. Cedera, trauma akibat kecelakaan, penyakit kanker tulang bisa merusak kerja lempengan ini.

Lempeng ini tidak bekerja sendirian. "Hormon pertumbuhan dan banyak hormon lain turut menentukan kinerjanya," katanya. Untuk menunjang kerja hormon-hormon ini diperlukan gizi yang cukup.

Menurut Dr Andito, bangsa Jepang dulu dikenal pendek atau kate. Kini tinggi mereka sama dengan rata-rata orang Indonesia. "Hal itu karena ada perbaikan nutrisi dari generasi ke generasi," sebutnya.

Untuk bertambah ke atas, tubuh memerlukan semua zat dan mineral yang ada dalam makanan. "Makan empat sehat lima sempurna atau makanan seimbang sudah cukup. Jadi tidak hanya makan yang mengandung kalsium melulu. Nanti tulangnya kuat, tapi bagian lain tubuh kekurangan nutrisi penting," katanya.

Aktivitas fisik (olahraga)
Kegiatan sehari-hari-juga berperan dalam urusan tinggi badan. Aktivitas yang dapat merangsang kerja lempeng epiphyseal, misalnya atletik, basket, berenang, dan lompat tali. "Olahraga ini mesti dilakukan pada masa pertumbuhan. Jika dilakukan setelah masa pertumbuhan, ya sia-sia saja," ujarnya.

Ketiga faktor tadi saling terkait. "Jika memiliki gen tinggi tapi tidak didukung nutrisi dan olahraga, bisa jadi pertumbuhannya mandek dan tidak optimal," imbuhnya.

(KOMPAS.com)

Posting Dengan Kategori Sama



0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails